Tangerang || 17 Mei 2025 MetroIndonesiaNewsTv.com
Dalam situasi yang sarat dinamika menjelang pemilihan Ketua RW 04 di Desa Serdang Wetan, Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang, sikap Wibowo Budi Utomo menjadi sorotan. Meski menjadi salah satu calon kuat, ia memilih mengundurkan diri secara sukarela demi menjaga keharmonisan di tengah masyarakat.
Penarikan diri ini muncul setelah adanya penolakan dari sebagian warga, terutama di RT 01 dan RT 02, yang mengedepankan nilai-nilai budaya lokal bahwa calon Ketua RW sebaiknya merupakan warga kelahiran asli Serdang Wetan. Alih-alih memperkeruh keadaan, Wibowo mengambil jalan damai yang mencerminkan kedewasaan dan rasa tanggung jawab sosial yang tinggi.
Keputusan tersebut disampaikan usai serangkaian dialog kekeluargaan bersama tokoh masyarakat dan perwakilan warga. Pertemuan penting ini berlangsung pada Sabtu malam, 18 Mei 2025, di kediaman Kepala Desa Serdang Wetan, dan menghasilkan kesepakatan yang menjunjung tinggi nilai persatuan.
“Bagi saya, makna kepemimpinan sejati bukan soal jabatan atau kemenangan dalam pemilihan. Justru ketika kita mampu menahan diri demi menjaga kedamaian bersama, di situlah nilai pemimpin sebenarnya diuji,” ungkap Wibowo Budi Utomo dalam pernyataan resminya.
Ia menambahkan dengan penuh makna, “Jangan tanyakan apa yang bisa kita dapatkan, tapi tanyakan apa yang bisa kita berikan.” Sebuah slogan pribadi yang mencerminkan nilai pengabdian tanpa pamrih.
Dengan penuh rasa hormat, Wibowo menyampaikan terima kasih kepada warga yang telah memberikan dukungan, khususnya dari Perumahan Duta Asri RT 03. Ia juga menghaturkan apresiasi kepada panitia pemilihan, Kepala Desa, dan seluruh pihak yang telah bekerja keras menyelenggarakan proses demokrasi ini, sembari memohon maaf jika dalam proses tersebut terdapat hal-hal yang kurang berkenan.
Meski tidak lagi menjadi calon, Wibowo menegaskan komitmennya untuk tetap aktif mendukung seluruh kegiatan lingkungan yang bertujuan membangun RW 04 ke arah yang lebih baik. Tak hanya itu, ia juga bersedia menyelesaikan secara kekeluargaan segala bentuk kerugian, baik materiel maupun immateriel, yang mungkin timbul selama pencalonannya.
Sikap rendah hati dan penuh tanggung jawab ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Seorang tokoh masyarakat menyatakan, “Pak Wibowo menunjukkan bahwa menjadi pemimpin tidak harus melalui jabatan. Ketulusan hatinya menjadi inspirasi bagi kita semua.”
Kepala Desa Serdang Wetan, Dodi Munanto, menegaskan bahwa penolakan terhadap Wibowo bukan berasal dari panitia ataupun pemerintah desa, melainkan murni merupakan aspirasi warga. “Keputusan Pak Wibowo sangat patut dihormati. Ia telah memberikan contoh yang luar biasa bagaimana menyikapi perbedaan secara dewasa,” ujarnya.
Dodi juga mengingatkan, “Setiap warga yang memiliki KTP Serdang Wetan memiliki hak yang sama dalam membangun lingkungan. Jangan ada diskriminasi dalam bentuk apa pun.”
Kisah ini menjadi bukti bahwa demokrasi bukan sekadar soal menang dan kalah, tetapi soal bagaimana kita menyikapi perbedaan dengan jiwa besar dan semangat persaudaraan. Wibowo Budi Utomo mungkin tak jadi Ketua RW, namun ia telah menjadi pemimpin dalam arti yang paling mulia—pemimpin yang memilih persatuan di atas ambisi pribadi.
Jurnalis: Muhedi